Jumat, 11 Januari 2013

karakteristik konsumen indonesia



Karakteristik konsumen Indonesia  

Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan dalam hidupnya dengan jumlah yang tidak terbatas, baik kebutuhan fisik maupun rohani.Untuk kebutuhan fisik manusia membutuhkan barang-barang seperti makanan, pakaian, dan rumah. Sementara untuk kebutuhan rohani, manusia membutuhkan jasa seperti hiburan dan konsultasi. Adapun pengertian konsumsi secara khusus adalah suatu kegiatan yang tujuannya mengurangi atau menghabiskan faedah suatu benda (barang dan jasa) dalam rangka pemenuhan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam, kita mengkonsumsi barang dan jasa. Barang adalah alat pemuas kebutuhan yang mempunyai bentuk seperti tas, baju, dan berbagai barang laiinya.Adapun jasa adalah alat pemuas kebutuhan yang tidak berbentuk tetapi dapat dirasakan manfaatnya.Adapun manfaat dari suatu barang yang dipakai dalam pemenuhan kebutuhan manusia adalah kepuasan yang dapat diberikan oleh barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan yang dapat menyebabkan barang tersebut lebih bernilai. Masing-masing konsumen memiliki pribadi yang unik.Konsumen yang satu dengan yang lainnya mempunyai kebutuhan yang bebeda dan prilaku yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Konsumen di Indonesia memiliki karakter yang berbeda pula dengan konsumen di negara lain.Sebagai contoh pada penjualan produk telekomunikasi seperti ponsel. Sebagai contoh penjualan ponsel Nokia 9500 yang ternyata di pasaran negara Amerika Serikat kurang begitu diminati oleh konsumennya, tetapi di Indonesia produk ini sangat laris bahkan menempati urutan ketiga dalam penjualan ponsel Nokia 9500 di dunia. Ternyata setelah dianalisis oleh para ahli ekonomi ternyata hal ini dipengaruhi oleh faktor “gengsi”.
Tetapi berkembangnya selera juga mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat seperti pada saat hari besar keagamaan cenderung pengeluaran lebih besar daripada hari biasanya.Contohnya pada saat bulan puasa permintaan akan barang- barang pasti akan naik seperti barang-barang kebutuhan pokok, barang sandang dan barang elektronik juga terpengaruhi.Tetapi ada selera konsumen yang tidak berubah. Contohnya pada bulan April 1985, perusahaan Coca-Cola mengganti formula produk terkenal mereka yang telah dipakai 99 tahun. Coca-Cola telah mengeluarkan jutaan dollar biaya iklan untuk meyakinkan masyarakat bahwa Coke terbaru mereka dengan rasa lebih manis lebih baik. Tetapi , perusahaan itu justru diserbu oleh ribuan surat dan telepon bernada protes dari konsumen yang meminta agar perusahhan tersebut memakai kembali formula lama. Semakin gelombang protes itu tidak semakin berkurang yang membuat perusahaan tersebut tidak tahan dan mempopulerkan kembali formula asli dengan nama Coca-Cola Clasic. Pada tahun 1990, Coca-Cola Clasic menjadi produk minuman ringan terlaris mengalahkan “New Coke”dengan perbandingan 8 lawan 1. Pada awal 1991, perusahaan mengganti “NewCoke” dengan nama “Coke II”. Jadi contoh diatas menjelaskan bahwa selera makanan dan minuman jarang bahkan tidak bisa berubah. Kebutuhan digunakan agar kepuasan konsumen dapat tercapai. Konsumen yang merasakan manfaat dari suatu prodik bekum tentu merasa puas. Ada yang hanyta merasa cukup baik, baik ,dll. Faktor yang mempengaruhi kepuasan bagi seorang konsumen adalah Pertama, harga. Jelas sekali apabila harga barang yang murah akan menarik hati konsumen dikarenakan konsumen sangat sensitif, biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka mendapatkan value or money yang tinggi. Komponen harga ini relative tidak penting bagi mereka yang tidak sensitive terhadap harga.Untuk industri ritel, komponen harga sangat penting dan kontribusinya besar terhadap kepuasan yang relatif besar. Kualitas dan harga produk seringkali tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan pelanggan.Kedua aspek ini relative mudah ditiru dengan teknologi yang standar maka produk yang dihasilkan dapat membi\eri kepuasan yang setidaknya bernilai baik.
Kedua, Kualitas pelayanan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem, teknologi, dan manusia.Faktor manusia ini memegang peranan terpenting karena tidak mengherankan bahwa kualitas pelayanan sulit ditiru.
Ketiga, Faktor emosonal. Kepuasan pelanggan dapat timbul apabila pada saat produk tersebut memiliki merek yang terkenal dan memiliki kualitas yang baik di mata konsumen.
Keempat, Kemudahan. Pelanggan akan semakin merasa puas apabla relati murah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan. Contohnya pada bank BCA yang nasabahnya sering mengantri jika ingin melakukan aktivitas perbankannya.Tetapi, tingkat kepuasan terhadap BCA secara keseluruhan relative tinggi karena presepsi terhadap total value yang diberikan BCA relative tinggi dibandingkan bank-bank lain.Ha ini didukung oleh jumlah ATM-nya yang banyak. Produk tabungan BCA mungkin tidak terlalu istimewa bagi sebagian nasabahnya dan bahkan suku bunga yang relative rendah, tetapi jumlah nasabah tabungannya masih besar.
Mungkin dalam penggunaan barang tersebut, konsumen memerkukan garansi agar tingkat kepuasannya bertambah lama khusunya bagi barang yang dapat dipakai beberapa kali contohnya mobil, barang-barang elektronik, dll.Selain barang- barang, garansi juga sangat berperan penting bagi pelayanan jasa karena jelas akan mempunyai nilai tersendiri bagi konsumennya. Garansi adalah program yang sering kali efektif dalam meningkatkan kepuasan konsumen karena pelanggan merasa senang dengan adanya jaminan, dan kepercayaan terhadap perusahaan. Hanya saja, kemampuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan agak berbeda antara produk manufaktur dan pelayanan. Untuk produk, garansi adalah hal yang umumnya cukup biasa dan oleh karena tu, program garansi hanya sekedar agar tidak tert inggal dengan produk lain. Tetapi untuk pelayanan, garansi bisa menjadi alat untuk menciptakan kepuasan yang sangat efektif.
Pelayanan sangat bergantung pada faktor manusia yang jauh lebih sulit distandarisasi sehingga tidak mengherankan perusahaan-perusahaan jasa dapat dikatakan tidak mempunyai keberanian untuk memberikan garansi. Tetapi pemberian garansi tanpa syarat tetap menjadi suatu cara yang sangat efektif dalam meningkatkan kepuasan pelanggan tetapi terkadang garansi ini juga tidak efektif apabila diberikan dengan pertimbangan beberapa syarat. Kadang konsumen sering jengkel denagn pembelian barang yang memberikan syarat yang terlalu banyak yang justru membuat konsumen menjadi bingung. Seperti mengisi dan mengirimkan form, yang mana dalam form tersebut diberikan pada kondisi-kondisi khusus saja. Sehingga tidak mengherankan konsumen bukannya puas tetapi justru menjadi jengkel sehingga hal inilah yang menyebabkan banyak konsumen yang cenderung ingin membeli barang yang tidak bergaransi dan tentu harganya pasti lebih murah. Contohnya pada perusahaan penerbangan sangat sulit memberikan suatu jaminan bagi konsumen yang menggunakan jasa penerbangannya. Hal seperti keterlambatan dalam setiap penerbangan sangat sulit dikontrol oleh perusahaan yang disebabkan oleh banyak hal baik internal seperti kerusakan mesin maupun hal eksternal yang menyangkut cuaca yang tidak memungkinkan pesawat untuk terbang.
Secara garis besar prilaku konsumen dipengaruhi oleh 3 faktor :
1. Faktor Internal
a. Pendapatan
Pendapatan konsumen berpangaruh pada besarnya konsumsi yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan konsumen, cenderung semakin besar pula.
b. Motivasi
Setiap orang mempunyai motivasinya sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan konsumsi. Ada yang melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar diperlukan. Namun ada pula yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang lain, padahal sebenarnya ia tidak membutuhkannya. Sebagian yang lain mengkonsumsi barang dan jasa tertentu demi memperlihatkan status sosialnya atau gengsi. Misalnya seorang remaja yang membeli handphone keluaran terbaru agar dianggapkeren oleh teman-temannya.
c. Sikap dan kepribadian
Sikap dan kepribadian individu juga mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang hemat biasanya hanya akan membeli barang-barang yang telah direncanakan, dimana hal ini sangat berbeda jauh dengan orang boros yang selalu membeli barang yang tidak dibutuhkannya.
2. Faktor eksternal
a. Kebudayaan
Kebudayaan yang terdapat di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakatnya. Di Jepang dan Cina, orang makan menggunakan sumpit. Semantara di negara barat, sendok dan garpu sering ditemani oleh pisau. Tak heran bila konsumsi sumpit d Jepang dan Cina lebih tinggi dibandingkan di negara barat. Begitu pula sebaliknya.


b. Status Sosial
Status atau posisi seseorang di dalam masyarakat dengan sendirinya akan membentuk pola konsumsi orang tersebut. Konsumsi seorang presiden, raja, atau menteri sudah jelas berbeda dengan konsumsi supir taksi, tukang kayu, atau pengusaha kecil.
c. Harga Barang
Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa harga barang naik, konsumsi akan menurun, dan apabila harga rendah, konsumsi akan tinggi. Ini juga berlaku untuk tingkat harga barang substitusi.
3. Faktor Strategi Marketing
Strategi marketing dalam suatu negara berbeda dengan negara lain karena perbedaan masyarakat dan pola konsumsi juga sehingga tidak mengherankan bahwa suatu produk laris di suatu negara tetapi setelah dikenalkan dan dijual ke negara lain tidak mendapatkan respon yang baik dari masyarakat di negara tersebut.Contohnya konsep marketing dari AS tidak sepenuhnya bisa
menjelaskan fenomena perilaku konsumen Indonesia. Terbukti, banyak produk yang
sukses di AS-sebut saja Kodak, Campbell Soup, The Body Shop, Amazon, IBM PC
dan asuransi jiwa-penjualannya melempem di negeri kita yang memang unik.
Sebaliknya, produk yang berjaya di Indonesia belum tentu sukses di sana. Ambil
contoh Nokia 9500, Fuji Film, Extra Joss, Teh Botol, Aqua, fitur SMS, dlsb
Prilaku konsumen secara umum dapat dibagi atas 2 macam dalam memenuhi kebutuhannya, yaitu:
1.Prilaku konsumen yang rasional
Prilaku ini didasari oleh pertimbangan rasional (nalar) dalam memutuskan untuk mengkonsumsi suatu produk. Suatu pembelian dapat dikatakan rasional, bila dasar pertimbangannya adalah :
a. Produk tersebut mampu memberikan kegunaan optimal (optimum utility) bagi konsumen
Suatu pertimbangan dapat dikatakan rasional bila dalam membeli barang, barang tersebut benar-benar dapat memenuhi kebutuhan. Semakin lama jangka waktu pemuasannya, maka akan semakin baik. Misalnya, akan lebih bila kita membeli pakaian yang dapat digunakan dalam banyak acara daripada membeli pakaian yang hanya digunakan dalam suatu acara.
b. Produk tersebut benar-benar dibutuhkan konsumen
Butuh tidaknya seseorang akan barang tersebut dapat dilihat dari posisi barang tersebut dalam skala prioritas seseorang. Bila membeli barang yang ada di posisi paling atas dalam skala prioritas, bearti tindakan tersebut merupakan tindakan yang rasional.
c. Mutu produk terjamin
Untuk mengetahui produk tersebut bermutu atau tidak dapat dilihat dari kemasannya apakah sudah kadar luarsa atau tidak dan terdaftar di Departemen Kesehatan atau tidak untuk produk makanan. Untuk produk non makanan dapat dilihat pada garansi yang dapat diberikan kepada konsumennya.
d. Harga terjangkau dan sesuai dengan kemampuan konsumen yang membeli
Suatu pembelian dapat dikategorikan sebagai rasional, apabila ada kesuaian antara harga yang harus kamu bayar dan uang yang dimiliki oleh konsumen.
2.Perilaku konsumen yang tidak rasional
Seorang konsumen dikatakan tidak rasional apabila membeli barang tanpa pertimbangan yang baik. Misalnya :
a. Membeli barang hanya karena tertarik dengan iklannya
Banyak iklan yng menipu atau menyembunyikan informasi. Kalau melihat sebuah iklan dan keesokan harinya membeli produk yang diiklankan tersebut berarti itu merupakan tindakan yang irasional karena kualitasnya belum dapat dibuktikan dan akhirnya menimbulkan penyesalan.
b. Tertarik membeli barang hanya karena mereknya yang terkenal
Banyak orang yang menganggap bahwa kalau memiliki barang yang memiliki merek terkenal maka ia akan dianggap hebat. Namun kalau diteliti denagn seksama banyak produk denagn
kualitas yang sama tetapi harganya jauh lebih murah.
c.Membeli barang hanya karena obral atau untuk memperoleh bonus
Pikirkanlah tujuan untuk membei barang obral atau barang yang ada bonusnya.apakah barang tersebut memng dibutuhkan atau hanya untuk mendapatkan harga yang murah atau hadiah yang ditawarkan produk tersebut.Apabila hanya ingin mengejar obral atau bonusnya maka itu merupakan tindakan yang irasional dalam ekonomi.

Pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi pada jatuhnya Orde baru ternyata penjualan mobil, alat-alat rumah tangga, dll ternyata meningkat serta jumlah jamaah haji terus meningkat tiap tahunnya begitu pula tempat-tempat perbelanjaan seperti swalayan maupun mall selalu ramai dengan pengunjung yang ingin berbelanja.
Segmen pasar konsumen secara umum dibedakan dalam beberapa segmen pasar yakni segmen pasar untuk anak-anak, remaja, dewasa. Dimana ketiga segmen tersebut hamper memiliki kesamaan tetapi para pengusaha atau perusahaan lebih mengfokuskan pada remaja dan dewasa saja.Perusahaan sering menganggap enteng anak-anak dalam mengidentifikasi produk apa yang akan dibuat untuk dilempar kepasaran. Hal ini dikarenakan karena anak-anak dianggap tidak dan belum mempunyai daya beli.Padahal hal ini sangat keliru, anak-anak sangat penting karena mereka mempunyai uang yang memang ditujukan untuk dibelanjakan, mereka mampu mempengaruhi berbagai keluaraga dan mereka adalah konsumen masa depan yang harus “dirawat” sejak dini.Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000, populasi anak usia 0-14 tahun d Indonesia adalah sebesar 64,4 juta jiwa atau setara 30,6% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 210,4 juta jiwa.
Satu lagi temuan yang menarik bahwa anak-anak pada usia 7-14 tahun diberi uang saku rata-rata Rp 1.500 per hari dan uang tersebut 99 % digunakan untuk dibelanjakan keperluan sehingga diperkirakan dalam satu tahun saja total pengeluaran anak-anak mencapai Rp 1 triliun.Itu hanya untuk 6 kota besar di Indonesia. Dari seluruh daerah di Indonesia mencapai Rp 4,4 triliun per tahun. Suatu angka yang menakjubkan bagi pengeluaran dalam bentuk uang saku bagi anak-anak.
Dari berbagai analisi diperoleh keinginan anak-anak pada usia 0-7 tahun biasanya menyukai produk yang memiliki fantasi tetapi yang tidak “memerlukan pemikiran” dan tidak nyata. Sebagai contoh digunakan tokoh animasi dalam produk anak-anak. Hal ini sangat menarik perhatian dan menimbulkan rasa keinginan untuk membelinya. Anak-anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya dan klan di berbagai media. Oleh karena itu iklan bagi anak-anak sering ditayangkan pada hari-hari libur yang umumnya adalah minggu pagi.
Retailing adalah kegiatan  menjual barang atau jasa kepada konsumen akhir. Konsumen akhir tersebut tidak menggunakan barang atau jasa yang sudah dibelinya untuk kegiatan bisnis (dijual kembali).
Kegiatan retail ini dilakukan oleh manufakturer maupun retailer. Oleh karena itu baik manufakturer maupun retailer hendaknya memahami bagaimana karakteristik konsumennya.
Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Indonesia harus menjadi pasar bagi orang Indonesia sendiri. Penjualnya adalah orang Indonesia. Konsumennya bolehlah konsumen luar negeri namun KONSUMEN UTAMA-nya harus orang Indonesia.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak. Jumlah penduduk yang banyak ini menguntungkan bagi siapa yang menguasai pemasaran. Menjadi pemenang  dulu di pasar dalam negeri untuk kemudian selanjutnya merambah  pasar luar negeri.
Untuk memenangkan pasar, baik manufakturer mau retailer harus berorientasi pada konsumen. Kepuasan konsumen Itu kuncinya. Memenangkan pasar itu berbicara tentang target jangka panjang. Jika konsumen puas maka akan menimbulkan repeat order dan efek word of mouth pasti akan terjadi.
Untuk memenangkan pasar Indonesia maka manufakturer maupun retailer harus memahami bagaimana karakteristik konsumen Indonesia.

1. Cenderung memiliki memori yang pendek. Mereka cenderung mengingat manfaat produk jangka pendek. Cepat bosan dan mudah lupa. Nah, ini peluang bagi produk-produk baru yang meraih market yang pelupa seperti ini
2. Tidak memiliki perencanaan. Impulse buying masih merajai pengambilan keputusan sebagian besar orang Indonesia. Tapi, ke depannya akan semakin banyak yang melakukan perencanaan, kata Handy. Lihatlah, begitu antrinya pre booking tiket untuk Air Asia dan sebagainya.
3. Cenderung berkelompok dan suka berkumpul. Istilah lainnya adalah guyub. Saya setuju dengan pendapat ini. Saya sendiri sering mengambil keputusan berdasarkan referensi kelompok.
4. Tidak adaptif terhadap teknologi baru. Ya, saya juga setuju dengan pendapat ini. Saya termasuk di dalamnya. Saya bukan early adopter. Kalau teknologinya sudah mentok, atau murah, baru saya beli. Untuk sebagian besar masyarakat, hal ini juga terkait dengan tingkat pendidikannya.
5. Cenderung fokus kepada konteks, bukan konten. Nah, pendapat ini semakin membenarkan pendapatnya Hermawan Kartajaya yang sudah lama digulirkannya. Lihat saja, di mana-mana yang dipromosikan, yang diblow-up adalah konteksnya, bukan kontennya. Tapi, it works untuk konsumen di Indonesia. Kalau anda baca majalah Reader’s Digest versi bahasa Inggris, setiap iklan produk obat, selalu dibuat 2 halaman, 1 halaman untuk iklan, 1 halaman untuk penjelasannya.
6. Menyukai produk luar negeri. Betul juga. Bahkan menurut saya orang Indonesia lebih early adopter soal ini dibandingkan penduduk Malaysia atau Philipina. Para pengunjung mal KLCC masih kalah keren dibandingkan pengunjung mal Plaza Senayan. Makanya merek-merek lokal banyak yang mencitrakan dirinya seolah-olah adalah merek import.
7. Semakin memperhatikan masalah religius. Pangsa pasar dari produk-produk yang mempunyai nilai agama akan semakin besar. Nah, soal ini saya setuju sekali dan menjadi semakin bersemangat. Kenyataan di lapangan memang demikian. Maka, saya pun setuju dengan pendapat ini.
8. Suka pamer dan gengsi. Yup, ini pun betul. Seorang teman yang disainer senior mengatakan, orang Indonesia suka berpakaian yang “look at me!”.
9. Banyak dipengaruhi oleh subculture. Maksudnya konsumen Indonesia akan semakin cair dan tidak lagi ada perbedaan antara suku dan geografis. Kalau anda jalan-jalan ke Bukittinggi, di sana anak-anak mudanya sudah persis seperti anak metropolitan. Gayanya, dandanannya, musiknya, bahasanya. Tidak ada bedanya dengan yang di Palembang, Sukabumi atau Bandung.
10. Tidak peduli lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar